-->

Mang Udjo, Tokoh Angklung dari Jawa Barat

Kalo Sobat pernah ke Bandung, apakah Sobat sudah menyempatkan diri berkunjung ke Saung Angklung Udjo? Suatu tempat yang merupakan tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu. Selain rutin diadakan pertunjukan seni dan budaya Jawa Barat khususnya angklung, di sini berbagai produk alat musik bambu tradisional juga dibuat dan dijual kepada pengunjung.

Nah.. kalo sudah tahu tentang saung angklung Udjo, Sobat juga harus tahu siapa pendiri Saung angklung ini... :D sesuai namanya Sobat, pendiri Saung Angklung Udjo ini adalah Udjo Ngalagena yang lahir pada 5 Maret 1929.

Ia merupakan anak keenam dari pasangan Wiranta dan Imi. Pada usia antara empat sampai lima tahun, Udjo kecil sudah akrab dengan angklung berlaras pelog dan salendro yang kerap dimainkan di lingkungannya dalam acara mengangkut padi, arak-arak khitanan, peresmian jembatan, dan acara-acara yang melibatkan keramaian massa lainnya.

Selain belajar angklung Ia juga mempelajari pencak silat, gamelan dan lagu-lagu daerah dalam bentuk kawih dan tembang. Ia mempelajari lagu-lagu bernada diatonis dari HIS berupa lagu-lagu berbahasa Indonesia dan Belanda. Bakat serta kemampuannya makin berkembang ketika Ia mulai terjun sebagai guru kesenian di beberapa sekolah di Bandung. Untuk mempertajam kemampuannya Ia langsung mendatangi orang yang ahli dalam bidangnya. Teknik permainan kacapi dan lagu-lagu daerah Ia belajar dari Mang Koko. Gamelan Ia pelajari dari Raden Machjar Angga Koesoemadinata, dan untuk angklung do-re-mi (diatonis) Ia dapat bimbingan dari Pak Daeng Soetigna (pencipta angklung bernada Diatonis).

Berbekal kemampuan seni itulah, pada tahun 1966 Mang Udjo dan Sang Istri Uum Sumiati, mendirikan Saung Angklung Udjo yang beralamat di Jalan Padasuka 118, Bandung - Jawa Barat.

Dan ditangan Mang Udjo pulalah, pengetahuan tentang seni dan budaya Jawa Barat kemudian diolah dalam bentuk paket pertunjukan untuk pariwisata dengan mengutamakan materi sajian angklung di sanggarnya (Saung Angklung Udjo). Kehadiran sanggar ini merupakan suatu sarana bagi Udjo untuk dapat mencurahkan jiwa kependidikan yang dimilikinya melalui seni angklung, sekaligus sebagai sarana penyaluran jiwa kewirausahaannya dengan menjual pertunjukan maupun alat musik bambu.
Tamu-tamu luar dan dalam negeri berdatangan setiap sore untuk menikmati sajian pertunjukan kesenian tradisional berkwalitas tinggi khas Jawa Barat, tak jarang mereka selalu ikut larut dalam permainan angklung dan tarian anak-anak belia. Dari mulai Wayang, Tarian dan Angklung mampu membuat takjub para pengunjung untuk datang berkali-kali ke Saung Angklung Udjo. Jiwa entertainer Udjo mampu menyatukan antara kesenian, anak-anak dan lingkungan menjadi sebuah sajian pertunjukan yang harmonis di depan para pengunjungnnya.

Kepiawaian dan keahlian Udjo ternyata menurun kepada para putra-putrinta. Awal tahun 90-an mulailah era putra-putrinya yang meneruskan SAU di bawah bimbingan Udjo sendiri. Karena kondisi kesehatan pun Udjo sudah jarang untuk memimpin sebuah pertunjukan, hanya sesekali apabila sedang sehat Udjo muncul dalam pertunjukan yang dipimpin oleh para putranya sekedar mengucapkan salam ke pada para pengunjung dalam berbagai bahasa (Inggris, Belanda, Prancis, Jerman serta negara lainnya).

Udjo Ngalagena meninggal dunia pada 03 Mei 2001. Dan Saung Angklung Udjo mulai diteruskan oleh para putra - putri. Tak ada yang berubah, tetap ramai dikunjungi para turis dalam dan luar negeri, anak-anak masih riang gembira memainkan angklung. Gemuruh tepukan dan senyum kagum penonton masih selalu hadir di setiap akhir pertunjukan.

Sumber : Wikipedia Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2015 GURU PEMBELAJAR