Genjring adalah salah satu kesenian khas pantura, khususnya wilayah Indramayu dan Cirebon. Kesenian ini berbentuk atraksi "akrobat ala Indonesia". Yang uniknya atraksi genjring ini adalah dilakukan oleh ibu-ibu yang usianya hampir separuh baya. Kesenian akrobat ini bertumpu pada kekuatan kaki. Sang akrobat melakukan berbagai aksi seperti memain-mainkan kotak dengan kaki, sedang ia berbaring dengan posisi lilin. Kadang juga diatas kotak itu duduk seorang anak kecil, kemudian sang akrobat memutar-mutarkan kotak itu tanpa terjatuh. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi apabila sudah menaikkan sepeda motor beserta pengemudinya yang ditahan oleh kaki.
Kesenian Genjring Akrobat pertamakali ada sekitar era tahun 1940-an yang tak lepas dari penyebaran Islam di Cirebon. Dulu, genjring ini kerap dimainkan oleh para santri dengan iringan musik dua genjring berukuran besar. Kemudian, setelah muncul musala, bertambah empat buah genjring berukuran kecil. Sekitar 1960-an, digunakan empat genjring kecil, kemudian ditambah satu buah dog-dog. "Itu melambangkan, dalam sehari, salat ada lima waktu," kata Karyadi.
Untuk tetap melestarikan kesenian Genring Akrobat, pada tahun 1964 seniman Cirebon bernama Kasbula, mendirikan sebuah grup kesenian Genjring Putri Kuda Kecil. Grup tersebut menampilkan atraksi keterampilan keseimbangan tubuh para perempuan dari segala umur.
Saat ini kesenian Genjring Akrobat merupakan seni tradisi yang tentu saja perlu dilestarikan keberadaanya. Pertunjukan kesenian genjring akrobat ini menggunakan beberapa alat musik tradisional Jawa Barat diantaranya rebana, beduk kecil, gong kecil, gitar, rebab dan seruling bambu. Dan lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu khas pantura yang dinyanyikan seorang sinden.
Berikut ini beberapa video genjring akrobat dari youtube.com
Sumber artikel dan gambar:
http://www.pikiran-rakyat.com
http://www.tempo.co
http://ethnic-unique.blogspot.com/
youtube.com
Kesenian Genjring Akrobat pertamakali ada sekitar era tahun 1940-an yang tak lepas dari penyebaran Islam di Cirebon. Dulu, genjring ini kerap dimainkan oleh para santri dengan iringan musik dua genjring berukuran besar. Kemudian, setelah muncul musala, bertambah empat buah genjring berukuran kecil. Sekitar 1960-an, digunakan empat genjring kecil, kemudian ditambah satu buah dog-dog. "Itu melambangkan, dalam sehari, salat ada lima waktu," kata Karyadi.
Untuk tetap melestarikan kesenian Genring Akrobat, pada tahun 1964 seniman Cirebon bernama Kasbula, mendirikan sebuah grup kesenian Genjring Putri Kuda Kecil. Grup tersebut menampilkan atraksi keterampilan keseimbangan tubuh para perempuan dari segala umur.
Saat ini kesenian Genjring Akrobat merupakan seni tradisi yang tentu saja perlu dilestarikan keberadaanya. Pertunjukan kesenian genjring akrobat ini menggunakan beberapa alat musik tradisional Jawa Barat diantaranya rebana, beduk kecil, gong kecil, gitar, rebab dan seruling bambu. Dan lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu khas pantura yang dinyanyikan seorang sinden.
Berikut ini beberapa video genjring akrobat dari youtube.com
Sumber artikel dan gambar:
http://www.pikiran-rakyat.com
http://www.tempo.co
http://ethnic-unique.blogspot.com/
youtube.com
0 komentar:
Posting Komentar